Senin, 19 September 2016

Dreams of Gods and Monsters by Laini Taylor


Dreams of Gods and Monsters by Laini Taylor
Selesai baca : 11 Agustus 2016. Rentaqng baca : 5 hari.

Impian para Dewa dan Monsters adalah : Kedamaian

Inilah yang diinginkan para Seraphim dan Chimarea pada umumnya, Banyak diantara mereka sudah jenuh berperang, dan semakin dari mereka menyadari  bahwa musuh tidaklah semengerikan dan sekejam yang mereka bayangkan-namun beberapa dari mereka memang lebih kejam dari apa yang dibayangkan.

Persatuan antara para prajurit Seraphim, Jadah dengan prajurit Chimaera dibawah pimipinan Thiago yang sudah menjadi bukan Thiago, dan Akiva terjadi. Dibawah tekanan untuk menyingkirkan musuh yang sama. yang kejam, Jael, yang tanpa ampun telah membunuh kakak dan keponakannya untuk takhta, kedua pihak bersatu.

Disini gue meringis karena kematian para prajurti chimaera yang banyak diantaranya memiliki hati yang baik, mempertaruhkan nyawanya. Sedih. Di buku ketiga ini pula terkuak pemilik kunci dunia Eretz dan alam diluarnya. Awal muasanya dunia yang mereka huni. Namun sang kunci tersebut justru berada di dunia manusia, dan yang menemukan serta tanpa sengaja membangkitkannya adalah... Mik dan Suzanna! Yeas, Our sweet heroes.

Hal hal yang terkuak tak disangka. Pertempuran mereka menghadapi Jael, dan rencana kebangkitan Loramendi akan menjadi hal kecil bila dibandingkan kehancuran alam yang mereka tinggali. Untuk mencegah kehancuran tersebut maka Akiva harus pergi, bersama seraphim suku pemberontak, dan berarti jauh dari Karao.

Lagi lagi ada yang membuat Karao serta Akiva tidak dapat bersatu. Geregetnyaaa.... kok susah banget ya dua orang ini bersama sama. Tapi pada akhirnya mereka bersatu sih, walau memang lamaaaa.... tapi lebih baik endingnya dari pada black magician trilogy nya Trudy. Huhuhuhuu.... okey, stop it. Ini tentang Laini's books.

Intinya, pokoknya.... yang suka fiksi, fantasi, harus coba baca buku ini. Ini beda rasanya! Macam Beng beng yang dimakan dingin atau langsung tuuu... hahahhaa....

Gw suka deh buku trilogy ini!


Jumat, 16 September 2016

Days of Blood and Starlight by Laini Taylor


Days of Blood and Starlight by Laini Taylor
Selesai baca : 6 agustus 2016. Rentang baca : 3 hari.

YEAH! second book of Daughters of smoke and bone.
Beli di Toko buku OL, seharga 50.000 belum ongkir. Setelah nyari nyari yg paling murehhh.... and ternyata, sebulan kemudian datang ke lapak buku Gramedia di Giant Waru (yg muremer of course) I found that this book was there all this time! only for 45.000. Hoollyyy cow! Man! I had that feeling that I supposed to visit Giant first. But I ignore the call from my instinct. Well... Yah... But it's ok lah. What else can I say then?

Ohhh.... disini mulai masuk secara intim, ceritanya *uhuk* maksudnya mendetail.
Tapi dimulai dengan perjalanan Karao tetang dunia dan bangsanya. Kematian Brimstone, dan teman temannya merupakan pukulan terberat sekaligus menjadikan Karao satu satunya pembangkit bagi kaumnya. Yeah, disini mulai diceritakan perang, perang dan perang.

Karao akhirnya bersama dalam satu kubu dengan sang panglima si Srigala putih, Thiago namun terkucil diantara kaumnya sendiri. Dia adalah chimaera dalam tubuh anak manusia. Gue sulit menjelaskan perasaan bergemuruh yang membakar dada ketika membaca ini. Deg-degan. Karena Thiago itu tokoh antgonis dan bagaimana Karao akan melepaskan diri dari sang panglima ini yang bikin deg deg an. Yang membuat segarnya disini adalah kehadiran Mik dan suzanna yang heboh dan lantang ditengah benteng padang pasir... di dunia manusia. Dan mereka manusia, sedangkan Benteng itu dihuni makhluk campuran perpaduan binatang. Ada yang menakutkan, ada yang terlihat anggun dan cantik, tapi yang pasti mereka semua adalah prajurit yang notabene bisa dan mampu untuk membunuh. Dan disitulah Mik dan Suzanna. Hahahaa....

Cara Laini menceritakan dunia chimaera dan Seraphim, Eretz ini begitu detail, gue terbawa dengan nuansa gelap, perjuangan dan perasaan Karao yang terbagi antara perang bangsanya, dengan cintanya.

Gue juga melihat bagaimana proses Akiva mencari cintanya-Karao yang pergi meninggalkannya setelah kebahagiaan menemukan kembali Madrigal yang telah dipasung. Dia harus berhadapan dengan saudaranya, Hazael dan Liraz. Menceritakan saat saat yang dia alami ketika dahulu sempat menghilang, rasa cintanya kepada Madrigal, bangsa budak yang diperangi para Seraphim tanpa henti. Dan kemudian Akiva menemukan kembali tujuan hidupnya dahulu bersama Madrigal : Membuat sebuah Dunia tempat Chimaera dan Seraphim hidup berdampingan. Caranya diam diam membela chimaera, luar biasa. Dan sepertinya kekuatan Akiva adalah sebuah pemberian dari darah ibu nya, yang berasal dari seraphim suku pemberontak. Disini  belum diulas mengenai suku itu, tapi semakin kedalam, akan terkuak hal mengejutkan tentang suku ibunya berasal. Dan itu luar biasa *uh oh... spoiler? Neahhh*

Disini kesedihan akibat perang sangat terasa. Kehilangan dari pihak Akiva, membuat gue sedih.... Ketika Akiva dan Liraz berjuang membawa tubuh Hazael begitu jauh dan dengan pengharapan begitu besar, namun pupus. Hueeee.... nyesek! Why it must be Hazael? Why....

Ada lagi  si Ziri, sang chimaera terakhir dari suku Madrigal. Dan Ziri... oh, gue suka sama Ziri. Ziri yang baik hati.... begitu randah hati, kuat dan tegar! Semoga Ziri juga menemukan cintanya. Ahaaayyy..... *I know he will. She is out there, already!

Akhirnya... aaa....gelitik penasaran dan entah mengapa, gue merasa takdir membuat gue mengenal serial ini langsung disaat seri #3 nya Dreams of Gods and Monsters barusan terbit oleh GPU! OMG! Aaarrghh.... jadi gue ga harus menunggu 2 tahun untuk membaca endingynya!

Tapi harganya mehong boo... huhuhuhuuu.... yang paling murah di togamas 117.000 !



Kamis, 15 September 2016

Wedding Night by Sophie Kinsella

Wedding Night by Sophie Kinsella
Selesai Baca : 2 Agustus 2016. Rentang baca : 4 hari.

Well... usually, SK's books have rate 3.8 keatas. Tapi yang ini di GR cuma dapat 3.4. Why?
Awalnya terasa bagaikan tindakan impulsif salah satu sang tokoh utama, Lottie (Yup, disini tokoh utama lainya adalah Fliss, kakak perempuan Lottie). Seperti para tokoh utama karya SK umumnya yang fresh, spontan, Lottie pun demikian. Penceritaannya sendiri menurut gue tetap kocak dan gue tertawa terkikik membaca kekonyolan ketika libido seks Lottie dan Ben yang begitu menggebu gebu berusaha agar dapat tersalurkan di beragam tempat dan momen yang menjepit (nah lho?) Hahaha.... dan tindakan pencegahan yang dilakukan Fliss agar libido mereka berdua tidak dapat tersalurkan dengan baik (Eh?!)

Tapi sepertinya yang membuat gue merasa momen yang flownya begitu asyik kemudian terlempar keluar adalah kenyataan akhir bahwa someone, that I thought will be Mr. Right is not right. Lottie memulai dengan hal yang menurut gue benar dan berakhir menjadi kesalahan besar yang tidak ingin dilakukan para wanita, kecuali endingnya 'right'. Fliss melakukan segala cara yang sebenarnya salah, namun ternyata kesalahan itu yang akhirnya benar menyelamatkan Lottie. Tapi setelah begitu panjang cerita yang bergulir, kemudian berakhir dengan kenyataan bahwa pilihan tersebut adalah salah, tentunya tidak menyenangkan semua pembaca.

Bahkan gue mengira ini kejahilan Madeleine Wickham. Karena Sophie Kinsella biasanya mengusung happy, funny, simple, and romantic ending, sedangkan Madeleine lebih realistik dalam realita. Which is means less romantic, karena... well... please deh, bisa seberapa romantis sih kehidupan nyata itu? dan seberapa lama sih asap dupa romantisme bisa bertahan? Nahh... mungkin ini jadi salah satu faktor penyebab ulasan di GR ga ngegigit.

Nah, yang asyik diikuti justru langkah dan perjalanan Fliss menguber uber Lottie. She found herself and someone that seems right for her. I like her part more, here.